Manusia, Makanan Dan Zat Gizi

Oleh : Sri Sumarmi

Jika dilihat komponen penyusun tubuhnya, manusia tersusun atas jaringan tubuh yang terdiri dari sel, sedangkan sel tersusun atas protein. Protein tersusun atas unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O) dan nitrogen (N). Semua unsur tersebut terdapat di alam, di udara, di dalam air, dan di dalam tanah….! Berjuta-juta sel akan membentuk jaringan, dan jaringan terbesar dalam tubuh kita adalah otot. Jadi, tubuh kita sebagian besar adalah protein. Komponen tubuh terbesar lainnya adalah tulang (rangka), dan sebagian besar komponennya adalah mineral kalsium (Ca), fosfor (P). Mineral tersebut terdapat di dalam tanah dan batu-batuan. Tulang rangka dan ototlah yang memberi bentuk struktur tubuh kita. Untuk dapat berfungsi maka tubuh kita perlu hormon dan enzim, yang semuanya tersusun atas protein. Agar enzim dapat menjalankan fungsinya perlu komponen lain yaitu vitamin dan mineral seperti seng (Zn), besi (Fe) dan sebagainya, semuanya terdapat di dalam tanah, air dan batu-batuan. Apa yang ada di dalam tubuh manusia ternyata juga terdapat di alam, di udara, tanah, dan air. Itulah sebabnya kenapa manusia dikatakan sebagai jagat raya kecil (micro cosmos).

Para filsuf Presocratic menghubungkan manusia dengan alam semesta. Thales menganggap bahwa kehidupan manusia bersumber dari air ‘all is water”, Anaximenes menganggap kehidupan bersumber dari udara “all is air”, sementara Heraclitos percaya bahwa kehidupan bersumber dari api “all is fire”. (Baca : Kelley L. Ross, History of Philosophy, 2000). Menurut Al Ghazali, tubuh manusia terbentuk dari 4 unsur yakni tanah, air, udara, dan api.  Al Ghazali menganggap substansi jiwa sebagai microcosmos yang berfungsi untuk mengimbangi jiwa alam yang besar (macro cosmos), karena penciptaan manusia pada hakekatnya adalah sebagai penyeimbang terhadap macro cosmos (Baca : Al-Ghazali, Mi’raj al-Salikin).

Mengapa tubuh kita tersusun dari senyawa dan unsur-unsur yang ada di alam? Dengan pendekatan deduktif kita mencoba untuk memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Sebagai premis dari logika kita adalah bahwa manusia diciptakan dari tanah. Marilah kita tengok sejarah penciptaan manusia yang pertama. Pada proses penciptaannya Tuhan menyebutkan bahwa Adam diciptakan dari tanah yang dicampur air hingga menjadi lumpur hitam, kemudian diberi bentuk, lalu dibiarkan kering seperti tembikar, setelah itu ditiupkan roh. (QS Al Hijr : 26 & 28; QS Al Rahman: 14). Jadi Adam diciptakan dari unsur alam, yaitu tanah, air, dan unsur panas. Unsur yang ada di dalam tanah dan air masuk ke dalam tubuh manusia melalui rantai makanan. Tumbuhan hidup mengambil unsur yang ada di dalam tanah, lalu tumbuhan dimakan oleh hewan, selanjutnya tumbuhan dan hewan dimakan oleh manusia. Jika demikian adanya, maka kita saling berhutang budi satu dengan yang lainnya.   ”We owe others what we are..!”, kata Goethe.   Menurut Goethe, untuk bisa sehat kita tidak bisa hidup sendirian karena semua makhluk hidup saling berhubungan, sehingga saling berhutang budi satu sama lain. “We are not individually healthy, but we are so in relating ourselves to other..” Jika filsafat Goethe ini diterapkan pada bidang gizi, maka konsekuensinya kita harus memberi kesempatan pada tumbuhan dan hewan untuk hidup dan berkembang dengan baik sebelum disajikan untuk santapan kita.

Mekanisme rantai makanan inilah yang menjadikan semua unsur yang berasal dari tanah akan masuk ke dalam tubuh manusia. Unsur yang berada di dalam tumbuhan dan hewan itulah yang membentuk senyawa esensial yang disebut zat gizi (nutrient) yang dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karena itu tumbuhan dan hewan menjadi sumber makanan bagi manusia. Jadi, untuk mempertahankan hidup manusia harus mengkonsumsi makanan yang tersedia di alam. Bersama makanan kita memasukkan unsur alam ke dalam tubuh kita, karena tubuh kita pada hakekatnya juga tersusun atas unsur yang ada di alam. Dengan kata lain kita makan apa yang disediakan oleh alam, ”we eat where we are…!”. Itulah makna dari ungkapan sederhana ”makan untuk hidup”. J ika Adam Smith mengembangkan ilmu ekonomi dengan dasar filosofis : ”manusia adalah mahkluk ekonomi (Jujun S. Suriasumantri menyebut sebagai mahkluk hedonis yang serakah) yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya”, maka menurut hemat penulis; ”manusia adalah makhluk biologis memerlukan makan untuk hidup” pada hakekatnya merupakan dasar filosofis dari ilmu gizi.